Wednesday 21 September 2011

Ternyata cinta itu..

Berteman dekat. Sekian lama. Lalu jadi cinta. Cinta yang indah. Itu hal biasa.
Dan tak ada yang perlu di permasalahkan.
Tapi ternyata..

*******

"Aku sayang kamu. Aku mencintaimu, Fris."

Ryo lega. Keran perasaannya seperti terbuka. Mengalirkan cintanya yang berbulir pada hati Friska, teman dekatnya.
Beban yang selama ini hinggap di dadanya serasa melayang terbang.
Friska hanya spikles. Tak tau harus jawab apa. Sekarang beban itu serasa menimpa hatinya.
Berat dan dingin.

Angin bertiup pelan. Pohon di belakang sekolah hanya kaku. Seperti ikut menunggu jawaban Friska.

"Mmm.. Ka.. Kamu serius, Yo?"

Ryo mengangguk. Menunduk. Dia tak berani menatap mata Friska. Ada getar rasa bersalah.
Tapi apa cinta itu salah?

Friska menghela nafas panjang. Mencoba merangkai kata.
"Kita temenan sudah lama.
Aku tak mencintaimu. Karna kmu hanya teman bagiku.
Meskipun Reno belum menjadi pacarku, tapi aku mencintainya. Kami sudah saling dekat.
Kamu tau itu, Yo."

"Aku tak perduli. Aku hanya ingin mencintaimu." Ryo menjawab pelan.

"Aku tak bisa. Maaf. Kamu tak lebih dari seorang teman bagiku."

Friska tak ingin berlama2. Itu hanya menyakiti perasaan Ryo. Lalu dia beranjak pergi. Meninggalkan Ryo yang terdiam dengan cintanya.
Sepi.

~~~~

Malam minggu yang kelabu. Ryo melihat Friska bersama seorang cowok.
Dia mengenalnya.
Reno.

Ryo hanya melihat dari kejauhan. Perasaannya kalut. Tapi dia bisa apa.
Ah, mengapa harus ada cinta?

"Aku melihat Reno ke rumahmu malam minggu kemaren. Ada perlu apa dia?"

"Kamu tak perlu tau." Friska hanya menjawab pendek. Dia tak mau bicara banyak.

"Aku temanmu. Aku perlu tau tentang keadaanmu."

"Tapi kamu mencintaiku."

"Aku perlu tau, Fris."

"Aku tak bisa memberitahumu. Jangan memaksaku. Berhentilah mencintaiku."

Ryo melenguh.
"Kamu tak perlu merahasiakan apa2 dariku. Aku mencintaimu. Itu artinya aku siap dengan segala keadaannya. Apapun."

Friska terdiam cukup lama.

"Aku tak berniat mengatakan ini padamu. Tapi kamu memaksaku. Aku hanya tak ingin menyakiti perasaanmu.
Kamu tau, Reno menembakku malam itu. Kita jadian.
Jangan tanya apa2 lagi."

Ryo tercekat. Kekecewaan yang di prediksinya tak meleset.
Meskipun dia tau ini akan terjadi, meskipun dia siap, tetap saja pedih.
Hatinya sakit.
Sedih.

"Maaf."
Friska lalu pergi.
Menghilang.

~~~~

Ryo mendatangi rumah Friska malam itu. Dia menunggu lama. Friska memang sengaja. Friska berdiam di kamar. Karna dia merasa berat untuk bertemu.

Berharap Ryo bosan, dan kabur. Tapi dia salah. Ryo tetap menunggu.

Tak ada yang bisa mengalahkan teguhnya cinta. Friska menyerah dan akhirnya menemui Ryo.
Cukup lama Friska terpekur di kamar. Memikirkan perasaannya, dia, dan temannya ini.
"Maaf, membuatmu menunggu lama."

"Tak apa.
Aku hanya perlu sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan."

"Silahkan. Tapi aku tak ingin bicara perasaan."

"Hanya untuk terakhir kali. Aku mohon, dengarkan aku." Ryo meminta.

Ryo mengatur nafas. Jantungnya berdegup tak tenang.

"Aku minta maaf dengan perasaanku sekarang. Aku mencintaimu. Aku hanya tak ingin membohongi diriku sendiri.
Aku sungguh tak bisa menyangkal cinta yang datang padaku."

Friska hanya diam.

"Aku merasa sakit. Saat kamu berdua dengan yang lain. Saat kamu jadian. Dan akan lebih menyakitkan jika kamu tak mengetahui apa2 tentang perasaanku."

Suasana lengang. Cukup lama. Namun sang malam tak berhenti. Malam terus berjalan.

"Aku mengerti perasaanmu. Tapi kamu nekat, Yo.
Seharusnya kamu tak mengungkapkannya. Mungkinkah kita akan terus berteman dengan kondisi seperti ini?"

Ryo sudah tau jawabannya. Pasti berat.
Sejenak dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Ryo memberikan, atau mengembalikan tepatnya, sebuah novel lama, hadiah ulang tahunnya dari Friska.

Ryo hanya diam. Lalu pergi. Mungkin tak kan kembali. Dia bersama perih. Di temani kecewa.
Mulai detik ini, Friska bukan teman dekatnya lagi. Entah apa baginya..


~~~~

Ah, cinta..

Ternyata cinta itu hanya pengganggu..

Pengganggu persahabatan..

(palembang, 200911)

No comments:

Post a Comment