Tuesday 28 May 2013

Keep calm and read al-qur'an


Malam itu, kawan..


Dont judge people by their past. They'r dont live there anymore

Mengingat masa lalu. Layaknya meniti langkah2 lama yang terkadang terjal dan juga mulus lancar.

Ini kisah gw sewaktu masih di asrama dulu.

Namanya juga hidup, pasti ada sedih dan gembiranya. Ada baik dan buruknya. Nah disini gw mau ceritain yang agak kurang baiknya. Eh maksud gw, soalnya kalau cerita yang baik2 itu terlalu mainstream kayaknya ya. Lagian itu mungkin bagian buat teman gw yang lain ajalah yang nyeritainnya. Trus juga ini nyeritain yang kurang baik itu asik. Sangat berkesan soalnya, saudara-saudara.. hehehe :D

Ok. Mari kita mulai..

Cerita ini bermula dari sebuah rumah terpencil yang terletak di puncak perbukitan. Satu-satunya bangunan kokoh yang ada di atas sana. Saya dulu pernah tinggal disana sekitar 6 tahun.

Rumahnya tidak terlalu besar, tapi cukup luas. Beratapkan asbes berwarna hijau dengan dinding bercat putih. Di dalamnya terdapat empat kamar tidur, dan 3 kamar mandi. Juga terdapat ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Sejatinya itu adalah rumah yang di peruntukkan bagi karyawan di sebuah perkebunan PT. Tepat di samping kiri, sebelah dapur, sebuah pohon Akasia yang tidak terlalu besar memberi kesan rindang di siang hari.

Penghuninya di dominasi oleh anak-anak. Selain itu ada remaja tanggung dan juga beberapa yang mulai beranjak dewasa. Di antara mereka mungkin hanya satu dua yang memiliki pertalian darah. Pertemuan mereka satu sama lain berawal disana. Namun perlu di ketahui di akhirnya, kedekatan di antara mereka layaknya sudah seperti sebuah keluarga besar.

Kalau tempat itu dinamai rumah singgah, bukan sama sekali. Asrama lebih tepatnya. Mereka di pimpin oleh seorang paruh baya yang sangat sabar. Kita panggil saja bapak. Bukan eyang ya. Hehehe..

Di atas sana, puncak perbukitan, kita akan di manjakan oleh sapuan angin lereng yang tiada henti. Sangat sejuk. Di sekelilingnya, panorama hijau yang cukup memanjakan mata. Khas daerah perkebunan. Lerengnya di hiasi rumput-rumput liar yang tidak terlalu tinggi. Tanaman sawit yang masih kecil menyeruak di tengah rerumputan liar, letaknya jarang-jarang dan sebagian sudah hancur menyembul dari tanah. Diserang oleh hama babi hutan.

Lanjut pemandangan bagian belakang bangunan tersebut, dimulai dari kaki bukit, hamparan hijau khas hutan belantara terpampang sejauh mata memandang. Pohon-pohon tinggi menjulang berjejer indah. Sesekali terdengar suara-suara hewan yang mungkin sedang meributkan sesuatu. Atau terkadang ada yang mendekat, menampakkan dirinya dengan sok akrab di sela-sela dahan pohon. Oh iya, di dalam sana juga terdapat sungai kecil yang tenang.

....
Maaf kalau ada salah kata. Namanya juga kisah lama. Hehehe..

Disini sepertinya tidak ada hikmah atau pelajaran yang bisa di ambil. Ya hanya sekedar mengingat2 saja, kawan :)

Baiklah, mari kita melayangkan pikiran kita ke beberapa tahun yang lalu."
....

Malam itu, kawan..

Bulan menampakkan diri seperti biasa. Angin yang tak terlalu heboh. Pelan saja. Malam yang cukup tenang.
Hanya sesekali terdengar bunyi jangkrik atau binatang malam yang lain.

Kondisi rumah pun tampak biasa saja. Semuanya sibuk dengan diri masing-masing. Membaca apa yang ingin mereka baca. Atau pun melakukan hal lain. Tak ada suara riuh atau gerak yang gaduh.

Tak beberapa lama kemudian, sang bapak tampak bersiap meninggalkan asrama. Ada perlu sebentar, katanya. Di temani oleh seorang remaja, mereka berdua menerpa jalan perbukitan, menembus gelapnya malam. Menuju sebuah rumah kerabat di Koto, nama desanya.

Tak ada bapak di rumah. Nah, ini bagian serunya :p

Tak perlu menunggu lama, tak perlu menunggu komando, asrama mulai di landa keriuhan suara. Di kamar, di ruang tengah, bahkan dapur terdengar celotehan yang entah apa. Semakin lama semakin ramai. Hampir semuanya membuka suara. Ada yang tertawa ngikik, tertawa lepas atau hanya sekedar berteriak. Bebas, itu yang mereka rasakan saat itu.

Itu bukanlah hal yang bagus, kawan. Karna sebelum si bapak tadi berangkat, beliau berpesan jangan ada yang ribut selama beliau tak ada di asrama.

Tapi, dasar anak-anak..
Pesan hanya tinggal pesan. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Hanya ada beberapa yang benar-benar mengikuti pesan si bapak tersebut.

Hukum alam, jika kita melakukan hal yang kurang bagus maka akan mendatangkan hasil yang kurang bagus juga. Semua orang tau itu, tapi hanya beberapa yang menyadarinya. *ellee.. gayanyaa..* :p

Malam semakin beranjak. Si bapak pun akhirnya kembali ke asrama. Tanpa di sadari oleh siapapun. Sialnya saat itu anak-anak sedang menikmati kebebasan "bersuara"nya.

Dimulai dari pintu depan. Terdengar pintu diketuk. Anak yang berada di ruang tamu segera berdiri membukakan pintu dan langsung....

Kemarahan si bapak langsung meluncur tak terbendung. Anak di ruang tamu jadi sasaran pertama. Entah apa yang terjadi, yang pasti ada kemunculan layaknya jurus seribu tangan menyerang anak tersebut. Yang berakhir dengan kondisi anak hanya duduk diam. Meringis sedikit.

Situasi rumah berubah mencekam seketika. Sangat cepat. Seperti sedang mendengar lagu dengan suara speaker yang menggelegar besar dan tiba-tiba seseorang memencet tombol mute. Sepi. Sunyi. Tak ada suara sama sekali.

Oke.
First stage : ruang tamu. Selesai!

Next..
Second stage : ruang tengah.

Disini klo seingat saya ada 2 orang. Yang pertama itu ada anak yang duduk menyandar ke dinding. Sebuah tangan dengan cukup cepat mendarat kepalanya. Tepat.

Ada bagian lucu bagi kami atas kondisi teman kami ini. Baik, coba anda bayangkan saat duduk menyandar di dinding dan kepala anda tetap berdiri tegak, berjarak sekitar 5-10 cm ke dinding. Begitulah posisinya.

Jadi saat tangan ini mengarah ke kepalanya, otomatis akan terpental ke belakang yang dimana disana sudah menunggu dinding. Double strike!

Di ibaratkan, sekali tangan melayang, dua dentuman menyakitkan mengiringi.

Saya rasa teman saya itu "right man on the wrong time and wrong place". Saya tak mendengar dia banyak bersuara saat si bapak pergi. Namun sudah nasib kali ya.. Heuheuheu..

Dan terus berlanjut ke anak-anak berikutnya yang berada di dalam kamar.

Ada kejadian menarik. Waktu itu ada seorang anak yang sedang berpura-pura mau berwudhu. Sementara air di kamar mandi itu tidak ada. Kering. Sungguh percobaan "ambil muka" yang gagal. Haha..

Alhasil, anak yang di kamar mandi itu mendapat ketokan sempurna dari gayung di kepalanya. Ketukan irama 4/4. Nada C minor. Sepertinya. Hehehe..
......


Demikian cerita ini :)
Nanti lain waktu kita lanjut lagi. Dan saya sudah memikirkan judulnya. Yaitu "jejak tangan di sore hari". Teman-teman saya pasti tau betul kisah ini. Hehehe..

Bye :))