Wednesday 3 November 2010

the story about my kaki

Takdir tak harus di tangisi. Kita hanya perlu menjalaninya dengan lapang hati. Ini ada sebuah kisah mini. The story about my kaki..
***
Ini semua berawal dari darah beku di telapak kaki. Hasil dari beladas main bola di lapangan yang hampir jadi. Ada batu dan duri yang siap melukai. Klo gak hati2, dalam beberapa hari ke depan elu bakal ngambil cuti seperti yang gue alami. Lukanya sih gak gede, cuma ukuran 5 senti. Berhubung gue orangnya punya nilai seni yang tinggi (yang gak setuju tolong ngasih interupsi!) jadi lukanya gue gunting biar keliatan rapi. Klo pake silet gue masih sangsi. Kali aja itu bekas bersih2 di daerah pribadi. Hiii..

Dari situlah dimulainya tragedi. Ternyata gunting yang gue pake tu membawa virus yang gak terdeteksi. Hasilnya luka itu berimprovisasi menjadi infeksi. Mana kaki gue belum di asuransi lagi. Mudah2n curhatan gue ini gak bakal menggiring gue ke bui. Kayak kisah bu Prita Mulyasari.

Gue gak bermaksud mengeluhkan nasib gue ini. Cuma ingin sedikit berbagi. Biar elu dan gue lebih hati2 lagi. "Mencegah lebih baik daripada mengobati" begitulah tulisan di tempat gue berobat tempo hari. Oia, bu mantrinya sangat baik hati. Gue gak di pungut bayaran alias fri. Pas banget, soalnya waktu itu kondisi keuangan gue lagi mengalami penurunan inflasi. Ngerti aja nih bu mantri!

Eniwey, kembali ke kaki. Infeksi ini sungguh menyiksa diri. Susah mo kesana kemari. Jalur etape perjalanan gue hanya ada dua, kamar tidur dan kamar mandi. Tiap malam terpaksa begadang tanpa menghiraukan pesan bang haji. Karna menahan sakit yang setengah mati. Dalam kesendirian, gue hanya bisa menatap lirih temen2 gue yang terlelap seperti sleeping beauty.

Klo gak salah itung, ini udah menujuh hari. Gak ada syukuran ataupun tumpeng nasi. Yang gue harapkan cuma doa dari my friends 'n my family. Biar gue cepat sembuh dan bisa eksis lagi (hhi!). Gue yakin, Allah pasti sedang merencanakan sesuatu yang baik di balik semua ini. Thanks, God!

No comments:

Post a Comment