Saturday 1 October 2011

Misteri ajal

Sabtu pagi, doni bersiap2 pergi ke rumah sakit. Agak buru2.
Ada kabar buruk. Teman kuliahnya, Heru, sudah lebih dari 3 hari di rawat di sana. Apa yang terjadi?

Doni memacu sepeda motornya cukup kencang sambil terus berdoa untuk temannya. Ada perasaan tak tenang dalam dirinya.

~~~~

Doni memasuki kamar rumah sakit dengan perlahan. Pintu di buka. Aroma obat2an menelusup hidungnya.

Pemandangan di dalamnya membuat doni terkesiap.
Di sana terbujur sesosok manusia. Kaku. Wajah dan tubuhnya di tutupi kain batik panjang. Tanpa selang infus. Tak tampak obat2n di meja. Tak ada dokter atau perawat.

Doni mendekat.
Badannya gemetar.
Ada beberapa orang disana. Sekitar 7 orang. Suasana sepi. Lengang. Hanya angin di luar yang ribut menyentuh dedaunan.

Di samping sosok terbaring tersebut ada 3 orang yang duduk melantunkan surat yasin. Suara mereka sangat berat dan pelan. Sangat memilukan.

Seorang bapak paruh baya di sana berdiri lalu menyalami doni. Matanya sembab. Kemerah2an. Wajahnya menyiratkan kesabaran yang dalam.

"Kamu temannya?" Suaranya agak parau.

Doni hanya mengangguk. Matanya tak berhenti menatap raga kaku di ranjang tersebut. Mulai berkaca2. Sudut matanya perlahan mengalirkan bulir air.

"Mengapa kau pergi begitu cepat, kawan?", rintihnya.

Dia jadi menyadari satu hal. Ajal itu suatu hal yang misteri. Dia bisa datang kapan saja. Meski dia belum siap kehilangan.

Tiba2 hape doni berbunyi. Ada sms masuk.
Seketika raut mukanya berubah. Dia menyunggingkan senyumnya. Tapi hatinya geram.

Ternyata dia sedang di kerjai temannya.
Pantas saja dia tak mengenali seorang pun disana.

Ah, kau masih hidup, kawan. Hatinya girang. Meskipun kesal. Doni tak sabar bertemu heru serta berkumpul dengan temannya yang lain.

Akhir2 ini doni agak sibuk dengan pekerjaannya di luar kota. Dia tak sempat membesuk temannya itu. Kebetulan sabtu libur, jadi dia berencana ke rumah sakit.
Dia tidak tau bahwa jumat sebelumnya Heru sudah pulang. Heru sengaja untuk mengerjainya.

~~~~

Malamnya, malam minggu, heru mendatangi rumah doni. Dia bersama teman yang lain. Seperti biasa. Mereka berkumpul sambil menonton bola atau bercerita.

Tapi ada yang beda malam itu. Mereka hanya banyak diam. Sambil membantu membereskan rumah doni.
Sofa dan meja di taruh di luar. Beberapa orang tampak mendirikan tenda. Bendera kuning di pasang. Seseorang di rumah sana meninggal.

Tak ada yang menyangka. Malaikat maut bisa datang kapan saja.

Doni kecelakaan siang itu. Sehabis dari rumah sakit. Nyawanya tak tertolong.

Ya, dia tak sedang mengerjai temannya. Dia benar2 serius. Tubuhnya tak bergerak. Diam. Tenang.


Ah, ajal itu benar2 suatu misteri.

(palembang/mr.Fu/260911)

No comments:

Post a Comment