Sunday 17 April 2011

keep ur mouth please

Saya terhenyak. Seakan tak percaya anda bilang seperti itu.
Sungguh di luar dugaan, ucapan itu keluar dari mulut anda yang notabene anda adalah orang sepatutnya di jadikan contoh.
Apakah anda serius? Atau hanya joke semata?

Anda mengatakan, panggil saja si A yang mana si A sudah saya anggap seperti adik saya sendiri, adalah seorang yang sukses alias suka sesama.
Si A bercerita kepada saya semuanya. Meskipun tak terlukis di wajahnya, tapi saya bisa melihat betapa sakit dan sedihnya perasaan si A tersebut.
Anda pasti tak bisa merasakannya. Jangan pikir mentang2 anda seorang mahasiswa di bidang kejiwaan, anda sembarangan mengeluarkan pendapat brengsek seperti itu.
Coba pikir seandainya saudara anda di tuduh (maaf) homo atau lesbi? Atau anda sendiri di judge seperti itu, bagaimana perasaan anda?

Saya mencoba menepis rasa ketidakpercayaan ini dengan bertanya pada orang yang mendengarkan pernyataan anda secara "live".
Saya yakin orang yang saya tanya tidak akan menjerumuskan anda. Tak perlu ada yang di tutup2i. Bicara apa adanya itu lebih baik.
Dan akhirnya, penjelasan dari orang tersebut membuat ketidakpercayaan saya menjadi hal yang harus saya percaya meskipun itu pahit.
Sekiranya anda ada masalah dengan si A, anda bisa menyelesaikannya dengan baik2 atau beritahu saya terlebih dahulu.

Jangan pikir ungkapan "mulutmu harimaumu" cuma gertakan sambal belaka.
Kalaupun anda rasa begitu, ingat, gertakan hanya di berikan jika kondisinya sudah kelewat batas.

Oke lah..
Mari bersama2 saling mengoreksi diri..

1 comment:

  1. Marii....kita koreksi diriii,,udah ke follow blognya..foll bek ya..

    ReplyDelete