Tuesday 12 July 2011

Surat kematian dan cinta

Di sebuah taman yang sepi, seorang gadis dan seorang lelaki sedang duduk bersampingan. Mereka cuma teman.
Sejak tadi mereka saling diam. Tak peduli sekitar. Seperti tak kenal.

Pandangan mereka tak menyatu. Atau mungkin belum saja.
Sang lelaki sesekali menatap lirih semut yang beriringan menyusuri rerumputan.
Sedangkan sang gadis melayangkan pandangannya ke udara, pada daun2 yang di terbangkan angin.
Hampa.

Namun perlahan angin mulai mereda. Daun2 hanya melayang rendah di tanah. Begitupun semut. Iringannya tenggelam di balik rerumputan.
Lenyap, hingga tak ada pandangan lagi.

Semuanya mulai membosankan. Dan diam masih meraja di antara mereka.
Lelaki itu kemudian mencoba melirik sang gadis dengan sudut matanya. Tampaklah wajah gadis itu. Tenang. Cantik sekali. Namun sangat pucat. Mungkin karna kurang enak badan.
Ah, cuaca akhir2 ini memang tak menentu.

"Ehem.." lelaki itu membuka suara. Memulai kata2.

"Apakah engkau baik2 saja? Kau kelihatan sakit."

Sang gadis menoleh dingin kemudian tertunduk. Tak berani menatap mata si lelaki.

"Aku baik2 saja." si gadis menjawab singkat.

"Tapi wajahmu kelihatan pucat." Jawab lelaki itu.

"Aku tidak sakit. Dan tak kan pernah sakit."

"Kau aneh."
Lelaki itu berujar seraya merapikan topi kupluknya.

"Engkau pasti tidak lupa kan? Ini hari yang aku tunggu. Aku butuh jawabanmu."

Si gadis menghela napas. Teringat tepat 13 minggu yang lalu, lelaki itu mengungkapkan perasaannya.
Di taman ini.
Di bawah naungan pohon akasia yang rindang ini.

"Jadi bagaimana? Kau bersedia?"
Gadis itu terperanjat. Lamunannya ternyata membuat si lelaki semakin tak sabaran.

"Maaf, aku membuatmu menunggu lama. Kau tahu, aku butuh waktu untuk menyelami perasaanku. Kau pasti mengerti." Gadis itu bicara sambil sesekali menarik tas di bahunya.

"Aku mengerti. Aku selalu menunggu." jawab lelaki itu.

Suasana hening sejenak. Gadis itu sedang mencoba menyusun kata2. Merangkainya untuk sebuah jawaban.

Dan akhirnya..

"Aku juga mencintaimu" ujar sang gadis pelan.

Lelaki itu sontak tersenyum bahagia. Hatinya serasa di taburi bunga indah. Lalu di hinggapi kupu2 cantik di sekelilingnya.

"Dan aku harap kau benar2 mencintaiku." Gadis itu menambahkan.

"Apa maksudmu?" lelaki itu heran. Bunga di hatinya perlahan terbang satu2.

"Apakah kau siap menerimaku, sebagaimana adanya diriku?" gadis itu bertanya. Duduknya tak tenang.

"Jangan buat aku bingung. Aku tak mengerti."
Si lelaki menatap tajam gadis di sampingnya.

"Ini akan menjelaskan semuanya. Aku sudah siap jika perasaanmu berubah. Aku tak bermaksud mengecewakanmu. Aku akan pergi. Maaf."
Gadis itu merogoh sesuatu dari tasnya. Dan kemudian menyerahkannya.

Lelaki itu mengernyit. Tangannya memegang selembar kertas. Ada sedikit kekecewaan pada raut wajahnya yang timpal.

"Aku mencintaimu. Bagaimanapun dirimu, aku ingin selalu bersamamu. Aku janji."

Kemudian lelaki itu meninggalkan sang gadis. Seketika sunyi. Seperti mati.
Tak lupa kertas tadi di selipkannya di kantong celananya.

Lelaki itu pergi ke sebuah bangunan tua sebagai bukti tanda cintanya. Dia berada di pinggir bangunan lantai 7. Tak ada orang lain disana. Hanya dia dan cintanya.

"Aku akan selalu bersamamu, cintaku."

Lelaki itu melayang.
Lalu sekonyong2 datang gadis yang tadi. Membawanya terbang. Menyatukan cinta mereka di tempat yang tinggi.

*******

Keesokan hari di temukan mayat seorang lelaki. Dengan ciri2 memakai topi kupluk dan di kantong celananya ada selembar kertas berisi surat kematian atas nama sang gadis.

Nama sang gadis itu adalah : . . . . . . . . . . . . . .



(Palembang, 050711)

No comments:

Post a Comment